MENGAPA HANYA KR?
SUDAH menjadi kepercayaan umum di Jogja, bahwa yang namanya beriklan pastilah di KR. Sebuah koran lokal yang banyak dipercaya para pedagang untuk mempromosikan barang dagangannya. Bahkan sampai ada yang beranggapan, sejelek apapun strategi visual (baca: design iklan) yang dihasilkan pasti akan menuai 'respon'. Kalau tidak percaya, boleh ditanyakan ke para pedagang di Jogja. Mangkanya, tidak heran jika banyak pedagang yang membeli koran KR, tentunya juga paro calo he he he... Dan, apakah kenyataan seperti itu benar? Ataukah salah? Entar aja saya menjawabnya, atau lebih arifnya jika anda (pengikan dan biro iklan) sendiri yang menyimpulkan setelah membaca paparan ini. Yang jelas, hal ini menjadi fenomena menarik di Jogja.
Tingkat kepercayaan pengiklan untuk berpromosi di KR memang luar biasa, jika dibandingkan media lain sekelas Kompas (Jogja), Jawa Pos (Radar Jogja), Seputar Indonesia (suplemen Jogjakarta), dan media-media lainnya. Beragam strategi 'jualan iklan' untuk merebut kue pengiklan dari KR sudah banyak dilakukan dan mungkin dilakukan revisi dalam jangka waktu tertentu. Tapi toh kenyataannya sampai sekarang belum mampu menggoyahkan kepercayaan para pengiklan. Ada beberapa 'imej' yang sudah terlanjur menancap pada anggapan masyarakat terhadap beberapa media yang saya sebutkan di atas, nota bene media yang sudah 'mapan' dipercaturan media nasional. Siapa sih yang tidak kenal Kompas? Jawa Pos? atau Seputar Indonesia? Ada yang bilang, Kompas (Jogja) 'terlalu elit' yang hanya mampu 'dimakan' oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Jawa Pos meskipun disatukan dengan Radar Jogja 'terlanjur' diasumsikan sebagai korannya orang Jawa Timur, meskipun sudah lama tinggal di Jogja. Seputar Indonesia, diasumsikan sebagai korannya orang-orang yang hanya suka hiburan serta ngengosip. Ini saya dapat dari berbagai obrolan dengan beberapa pembaca koran, maupun agency koran di Jogja. Mungkin saja angapan-anggapan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan dan bisa dipatahkan dengan beragam argumentasi, tapi kenyataan yang saya peroleh dilapangan memang demikian adanya. Pengelola koran harusnya melakukan survei terhadap kecenderungan beriklan bagi orang-orang Jogja, sehingga mampu mengakomodasi kepentingan beriklan mereka. Ini cuma saran lho...
Kekuatan KR menjadi destinasi bagi pengiklan, selain mendapat cap koran tertua di Jogja (dan Indonesia) yang tetap eksis adalah wilayah pembacanya sampai ke desa sekalipun. Kedua adalah sosok alm. Pak Madi (Soemadi M Wonohito) yang identik dengan KR, yang mampu merangkul segenap lapisan masyarakat Jogja dengan segala kharismanya. Merakyat, sederhana dan bisa bergaul dengan siapa saja dan dimana saja menjadi panutan bagi kehidupan masyarakat (pembaca KR). Kedua faktor itu tidak bisa dipungkiri sebagai pengikat erat antara KR dan pembaca fanatiknya. Sebelum terlanjur menjadi tidak obyektif, persoalan akan saya kembalikan ke awal bahasan, yakni apakah beriklan yang efektif hanya di KR? Begini, sebelum memilih media beriklan kenali betul segmentasi produk atau jasa yang akan anda promosikan. (tentunya pertimbangan lain seperti pada tulisan saya terdahulu, baca lagi deh...). Berdasar asumsi masyarakat terhadap pembaca koran seperti di atas, jika segmen pangsa pasar yang dibidik adalah masyarakat umum (midle-low), pedagang, calo dan kroni-kroninya maka akan efektif jika KR menjadi media tempat beriklan. Jika bidikannya adalah masyarakat berpendidikan (midle-up) dan orang-orang yang 'selektif' maka pilihan beriklan di Kompas (Jogja) bisa jadi pilihan efektif. Demikian pula jika produk atau jasa yang anda promosikan memiliki segmen khusus bagi orang-orang Jawa Timur maka Jawa Pos (Radar Jogja) lah pilihannya. Sebenarnya, saya tidak ingin menyebut nama media. Semua ini terpaksa saya lakukan untuk memberi contoh secara gamblang alasan memilih media ketika hendak beriklan. Dan tentunya saya mohon maaf kepada pimpinan media yang saya jadikan contoh jika hal ini tidak berkenan. Dan tentunya maaf pula bagi koran yang tidak saya sebut.
Yang jelas saya hanya ingin 'ngomong' bahwa dalam menentukan media iklan yang efektif dan efisien haruslah mempertimbangkan segmentasi pembaca media tersebut secara nyata, bukan hanya berpedoman pada data media yang disodorkan manajemen koran yang bersangkutan. Kelas ekonomi, tingkat pendidikan, usia, fanatisme, jenis kelamin, serta jumlah pembacanya. Dan tentunya masih banyak media yang bisa dijadikan media promosi yang perlu dipertimbangkan, yang sesuai dengan kebutuhan seperti media elektronik, spanduk, printing, baliho, bilboard, pameran, pada gift seperti payung, mug, kaos atau media alternatif lainnya seperti di mall-mall arena pusat keramaian , seperti di dinding, ubin sampai pintu Toilet dan sebagainya.
Strategi agar efektif dan efisien dalam berpromosi ini ini sebenarnya bukan menjadi wilayah pemikiran calon pengiklan, tapi wilayah pemikiran biro iklan. Tapi karena tradisi beriklan di Jogja, dimana banyak calon pengiklan sering 'memaksakan kehendak' untuk beriklan di media tertentu maka tidak ada salahnya pengetahuan ini juga saya rekomendasikan untuk dipertimbangkan calon pengiklan.
Akhirnya, saya haya mengucapkan selamat berpusing ria untuk menetukan media beriklan. Pesan saya, bijak lah dalam beriklan. Jangan sampai usaha anda bangkrut atau terpaksa diakuisisi orang lain gara-gara ngawur dan salah dalam beriklan. Salam CREATIVE!!!
SUDAH menjadi kepercayaan umum di Jogja, bahwa yang namanya beriklan pastilah di KR. Sebuah koran lokal yang banyak dipercaya para pedagang untuk mempromosikan barang dagangannya. Bahkan sampai ada yang beranggapan, sejelek apapun strategi visual (baca: design iklan) yang dihasilkan pasti akan menuai 'respon'. Kalau tidak percaya, boleh ditanyakan ke para pedagang di Jogja. Mangkanya, tidak heran jika banyak pedagang yang membeli koran KR, tentunya juga paro calo he he he... Dan, apakah kenyataan seperti itu benar? Ataukah salah? Entar aja saya menjawabnya, atau lebih arifnya jika anda (pengikan dan biro iklan) sendiri yang menyimpulkan setelah membaca paparan ini. Yang jelas, hal ini menjadi fenomena menarik di Jogja.
Tingkat kepercayaan pengiklan untuk berpromosi di KR memang luar biasa, jika dibandingkan media lain sekelas Kompas (Jogja), Jawa Pos (Radar Jogja), Seputar Indonesia (suplemen Jogjakarta), dan media-media lainnya. Beragam strategi 'jualan iklan' untuk merebut kue pengiklan dari KR sudah banyak dilakukan dan mungkin dilakukan revisi dalam jangka waktu tertentu. Tapi toh kenyataannya sampai sekarang belum mampu menggoyahkan kepercayaan para pengiklan. Ada beberapa 'imej' yang sudah terlanjur menancap pada anggapan masyarakat terhadap beberapa media yang saya sebutkan di atas, nota bene media yang sudah 'mapan' dipercaturan media nasional. Siapa sih yang tidak kenal Kompas? Jawa Pos? atau Seputar Indonesia? Ada yang bilang, Kompas (Jogja) 'terlalu elit' yang hanya mampu 'dimakan' oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Jawa Pos meskipun disatukan dengan Radar Jogja 'terlanjur' diasumsikan sebagai korannya orang Jawa Timur, meskipun sudah lama tinggal di Jogja. Seputar Indonesia, diasumsikan sebagai korannya orang-orang yang hanya suka hiburan serta ngengosip. Ini saya dapat dari berbagai obrolan dengan beberapa pembaca koran, maupun agency koran di Jogja. Mungkin saja angapan-anggapan itu tidak bisa dipertanggung jawabkan dan bisa dipatahkan dengan beragam argumentasi, tapi kenyataan yang saya peroleh dilapangan memang demikian adanya. Pengelola koran harusnya melakukan survei terhadap kecenderungan beriklan bagi orang-orang Jogja, sehingga mampu mengakomodasi kepentingan beriklan mereka. Ini cuma saran lho...
Kekuatan KR menjadi destinasi bagi pengiklan, selain mendapat cap koran tertua di Jogja (dan Indonesia) yang tetap eksis adalah wilayah pembacanya sampai ke desa sekalipun. Kedua adalah sosok alm. Pak Madi (Soemadi M Wonohito) yang identik dengan KR, yang mampu merangkul segenap lapisan masyarakat Jogja dengan segala kharismanya. Merakyat, sederhana dan bisa bergaul dengan siapa saja dan dimana saja menjadi panutan bagi kehidupan masyarakat (pembaca KR). Kedua faktor itu tidak bisa dipungkiri sebagai pengikat erat antara KR dan pembaca fanatiknya. Sebelum terlanjur menjadi tidak obyektif, persoalan akan saya kembalikan ke awal bahasan, yakni apakah beriklan yang efektif hanya di KR? Begini, sebelum memilih media beriklan kenali betul segmentasi produk atau jasa yang akan anda promosikan. (tentunya pertimbangan lain seperti pada tulisan saya terdahulu, baca lagi deh...). Berdasar asumsi masyarakat terhadap pembaca koran seperti di atas, jika segmen pangsa pasar yang dibidik adalah masyarakat umum (midle-low), pedagang, calo dan kroni-kroninya maka akan efektif jika KR menjadi media tempat beriklan. Jika bidikannya adalah masyarakat berpendidikan (midle-up) dan orang-orang yang 'selektif' maka pilihan beriklan di Kompas (Jogja) bisa jadi pilihan efektif. Demikian pula jika produk atau jasa yang anda promosikan memiliki segmen khusus bagi orang-orang Jawa Timur maka Jawa Pos (Radar Jogja) lah pilihannya. Sebenarnya, saya tidak ingin menyebut nama media. Semua ini terpaksa saya lakukan untuk memberi contoh secara gamblang alasan memilih media ketika hendak beriklan. Dan tentunya saya mohon maaf kepada pimpinan media yang saya jadikan contoh jika hal ini tidak berkenan. Dan tentunya maaf pula bagi koran yang tidak saya sebut.
Yang jelas saya hanya ingin 'ngomong' bahwa dalam menentukan media iklan yang efektif dan efisien haruslah mempertimbangkan segmentasi pembaca media tersebut secara nyata, bukan hanya berpedoman pada data media yang disodorkan manajemen koran yang bersangkutan. Kelas ekonomi, tingkat pendidikan, usia, fanatisme, jenis kelamin, serta jumlah pembacanya. Dan tentunya masih banyak media yang bisa dijadikan media promosi yang perlu dipertimbangkan, yang sesuai dengan kebutuhan seperti media elektronik, spanduk, printing, baliho, bilboard, pameran, pada gift seperti payung, mug, kaos atau media alternatif lainnya seperti di mall-mall arena pusat keramaian , seperti di dinding, ubin sampai pintu Toilet dan sebagainya.
Strategi agar efektif dan efisien dalam berpromosi ini ini sebenarnya bukan menjadi wilayah pemikiran calon pengiklan, tapi wilayah pemikiran biro iklan. Tapi karena tradisi beriklan di Jogja, dimana banyak calon pengiklan sering 'memaksakan kehendak' untuk beriklan di media tertentu maka tidak ada salahnya pengetahuan ini juga saya rekomendasikan untuk dipertimbangkan calon pengiklan.
Akhirnya, saya haya mengucapkan selamat berpusing ria untuk menetukan media beriklan. Pesan saya, bijak lah dalam beriklan. Jangan sampai usaha anda bangkrut atau terpaksa diakuisisi orang lain gara-gara ngawur dan salah dalam beriklan. Salam CREATIVE!!!